Bangunan utama Museum Bumiputera
1912 berupa bangunan “pendopo” beratap tajug. Bangunan Museum Bumiputera 1912 merupakan bangunan baru dengan konstruksi
beton cor kerangka besi, dengan
mengambil ide dan filosofi tradisional
jawa.
Pendopo merupakan bagian dari
rumah tradisional Jawa Tengah yang sering disebut dengan rumah Joglo. Joglo
adalah rumah adat masyarakat Jawa.
Bagian-bagian joglo yaitu : pendapa, pringgitan, dalem, sentong, dan gandok
Pendapa adalah bangunan bagian depan
Joglo yang merupakan ruangan luas tanpa sekat, biasanya digunakan sebagai
tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya, seperti acara pagelaran
wayang kulit, tari, gamelan dan yang lain.
Rumah Joglo dahulu pada umumnya
terbuat dari kayu Jati (Tectona Grandis
Sp.). Disebut Joglo karena mengacu
pada bentuk atapnya, mengambil filosofis bentuk sebuah gunung. Pada awalnya
filosfis bentuk gunung tersebut diberi nama atap Tajug, tapi kemudian
berkembang menjadi atap Joglo/Juglo (Tajug Loro = Dua Tajug ~ penggabungan dua
Tajug). Dalam kehidupan manusia Jawa -gunung sering dipakai sebagai idea bentuk
yang dituangkan dalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang
berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Hal ini karena adanya pengaruh kuat
keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci
dan tempat tinggal para Dewa.
Konstruksi atap Joglo ditopang
oleh Soko Guru (tiang utama) yang berjumlah 4 buah. Jumlah ini adalah merupakan
simbol adanya pengaruh kekuatan yang berasal dari empat penjuru mata angin,
atau biasa disebut konsep Pajupat. Dalam konsep ini, manusia dianggap berada di
tengah perpotongan arah mata angin, tempat yang dianggap mengandung getaran
magis yang amat tinggi. Tempat ini selanjutnya disebut sebagai Pancer atau
Manunggaling Keblat Papat.
Hal-hal tersebut di atas
mencerminkan manusia Jawa yang dapat digolongkan sebagai golongan masyarakat yang
menempatkan kosmologi sebagai sesuatu yang penting dalam hidupnya. Yang
meyakini kehidupan ini dipengaruhi kekuatan yang muncul dari dirinya sendiri
(Jagad Alit/Mikrokosmos) dan kekuatan yang muncul dari luar dirinya atau alam
sekitarnya (Jagad Gede/Makrokosmos). Sehingga perwujudan dari konsep bentuk
rumah Joglo merupakan refleksi dari lingkungan alamnya yang sangat dipengaruhi
oleh geometric , yang sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan dari dalam diri
sendiri; dan pengaruh geofisik, yang sangat tergantung pada kekuatan alam
lingkungannya.
Tipe atap tajug khusus digunakan
untuk masjid dan bangunan-bangunan suci lainnya. Orang biasa tidak
diperkenankan membangun rumah dengan tipe ini karena rumah tajug termasuk yang
disucikan. Ciri rumah tajug yaitu bentuk atapnya yang runcing, bentuknya
seperti bujur sangkar (bukan persegi panjang).
Pendopo Museum Bumiputera 1912
mengusung tipe Tajug bertingkat tiga (
tajug susun telu), atap seperti ini biasanya digunakan untuk bangunan Utama
Masjid Jami atau Masjid Agung. Pemilihan
ide filosofi yang dihubungkan dengan
perwujudan gunung, filosofi mikrokosmos dan makrokosmos dan
keterkaitan antara bangunan museum,
perusahaan AJB Bumiputera 1912, tergambar dalam perjalanan sejarah AJB Bumiputera
1912 sejak berdiri sampai sekarang.
Pemakaian dan Pembuatan Logo
Bumiputera sejak berdirinya hingga saat
ini sangat jelas menggambarkan hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar