Kamis, 07 April 2016

MAKNA FILOSOFI BANGUNAN MUSEUM & LOGO AJB BUMIPUTERA 1912



Bangunan utama Museum Bumiputera 1912 berupa bangunan  “pendopo”  beratap tajug.  Bangunan Museum Bumiputera 1912  merupakan bangunan baru dengan konstruksi beton cor  kerangka besi, dengan mengambil ide dan filosofi  tradisional jawa.
Pendopo merupakan bagian dari rumah tradisional Jawa Tengah yang sering disebut dengan rumah Joglo. Joglo adalah rumah adat masyarakat  Jawa. Bagian-bagian joglo yaitu : pendapa, pringgitan, dalem, sentong, dan gandok
Pendapa adalah bangunan bagian depan Joglo yang merupakan ruangan luas tanpa sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya, seperti acara pagelaran wayang kulit, tari, gamelan dan yang lain.
Rumah Joglo dahulu pada umumnya terbuat dari kayu Jati (Tectona Grandis Sp.).  Disebut Joglo karena mengacu pada bentuk atapnya, mengambil filosofis bentuk sebuah gunung. Pada awalnya filosfis bentuk gunung tersebut diberi nama atap Tajug, tapi kemudian berkembang menjadi atap Joglo/Juglo (Tajug Loro = Dua Tajug ~ penggabungan dua Tajug). Dalam kehidupan manusia Jawa -gunung sering dipakai sebagai idea bentuk yang dituangkan dalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Hal ini karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa.
Konstruksi atap Joglo ditopang oleh Soko Guru (tiang utama) yang berjumlah 4 buah. Jumlah ini adalah merupakan simbol adanya pengaruh kekuatan yang berasal dari empat penjuru mata angin, atau biasa disebut konsep Pajupat. Dalam konsep ini, manusia dianggap berada di tengah perpotongan arah mata angin, tempat yang dianggap mengandung getaran magis yang amat tinggi. Tempat ini selanjutnya disebut sebagai Pancer atau Manunggaling Keblat Papat.
Hal-hal tersebut di atas mencerminkan manusia Jawa yang dapat digolongkan sebagai golongan masyarakat yang menempatkan kosmologi sebagai sesuatu yang penting dalam hidupnya. Yang meyakini kehidupan ini dipengaruhi kekuatan yang muncul dari dirinya sendiri (Jagad Alit/Mikrokosmos) dan kekuatan yang muncul dari luar dirinya atau alam sekitarnya (Jagad Gede/Makrokosmos). Sehingga perwujudan dari konsep bentuk rumah Joglo merupakan refleksi dari lingkungan alamnya yang sangat dipengaruhi oleh geometric , yang sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan dari dalam diri sendiri; dan pengaruh geofisik, yang sangat tergantung pada kekuatan alam lingkungannya.  
Tipe atap tajug khusus digunakan untuk masjid dan bangunan-bangunan suci lainnya. Orang biasa tidak diperkenankan membangun rumah dengan tipe ini karena rumah tajug termasuk yang disucikan. Ciri rumah tajug yaitu bentuk atapnya yang runcing, bentuknya seperti bujur sangkar (bukan persegi panjang).
Pendopo Museum Bumiputera 1912 mengusung tipe Tajug bertingkat  tiga ( tajug susun telu), atap seperti ini biasanya digunakan untuk bangunan Utama Masjid Jami atau Masjid Agung.  Pemilihan ide filosofi yang dihubungkan dengan  perwujudan gunung, filosofi mikrokosmos dan makrokosmos dan keterkaitan  antara bangunan museum, perusahaan AJB Bumiputera 1912, tergambar dalam perjalanan sejarah AJB Bumiputera 1912 sejak berdiri sampai  sekarang. 

Pemakaian dan Pembuatan Logo Bumiputera  sejak berdirinya hingga saat ini sangat jelas menggambarkan hal tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar