M, Ng Dwidjosewojo dilahirkan pata
tanggal 5 Juni 1867 di Gombong Jawa Tengah.
Oleh ayahnya Mas Kartodiwirjo, dia diberi nama Mas Achmad. Ayahnya
adalah Mantri Teekenaar, dan menurut catatan terakhir bekerja di Ponorogo Jawa
Timur.
Pendidikan tertinggi yang diselesaikan
adalah Kweekschool (sekolah Pendidikan Guru), mula mula di magelang, karena
sekolah ini ditutup, maka ia bersama kawan kawannya dipindahklan di Probolinggo
Jawa Timur dan tamat pada ranggal 5
April 1886 pada usia 19 tahun. Pada tahun 1917, ia memperdalam pengetahuan
bahasa belanda di bawah pimpinan seorang guru belanda bernama G.A.R van Maanen,
dan dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi pada pelajaran “spraakkunst”
(berbicara lisan). Waktu itu ia telah berusia 50 tahun.
Riwayat
Pekerjaan sebagai guru.
Oktober 1886 : Diangkat menjadi guru bantu SD di Ngawi
Juni 1887 : Guru SD di Ponorogo
Maret 1891 : Guru bantu SD Sri Menganti di Yogyakarta
April 1894 : Menjadi Guru SD Sri Menganti Yogyakarta
Maret 1897 : Pindah guru SD di Purwokerto
Juni 1898 : Menjadi Guru Kepala pada SD kelas satu di Purwokerto (SD
kelas satu diajarkan
bahasa belanda)
Oktober 1904 : Diangkat menjadi guru bahasa Jawa pada Kweeekschool Yogyakarta
Januari 1919 : Dipensiunkan dari guru Bahasa Jawa pada Kweekschool Yogyakarta
pada usia
52 tahun, setelah dinas selama 33 tahun
Pada tahun 1911 ditugaskan oleh
pemerintah untuk mengajar seorang bernama W. Bartley, pegawai Cadet Service
dari Strait Setlements untuk pelajaran bahasa Jawa.
Pada akhir tahun 1911, Dwidjosewojo
bersama sama tokoh-tokoh guru Bumiputera mendirikan Perserikatan Guru-guru
Hindia Belanda (PGHB), diantaranya adalah: MKH Soebroto, M Adimidjojo, R
Soepadmo dan M. Darmowidjojo.
Pada tahun 1918 ditugaskan untuk menjadi
anggota Komisi Pengawas di Sekolah Teknik (Ambachschool) di Yogyakarta.
Aktivitas dalam
Pergerakan Nasional
Dalam bulan Agustus 1908, bersama dengan
M Djoko Saroso, mendirikan Budi Utomo cabang Yogyakarta II, kemungkinan dengan
jabatan Sekretaris Pengurus Cabang. Pada Saat itu sudah berdiri Budi Utimo
Cabang Yogyakarta I yang diketuai oleh Dr Wahidin Soedirohoesodo.
Menjelang Konggres I Budi Utomo,
Dwidjosewojo duduk dalam Panitia Penyelenggara Konggres sebagai Sekretaris I
Panitia yang diketuai oleh Dr Wahidin Soedirohoesodo. Susunan lengkap panitia
tersebut adalah:
Ketua : Dr. Wahidin Soedirohoesodo
Wakil : R.M. Pandji Brotoatmodjo
Sekretaris
I : M.Ng Dwidjosewojo
Sekretaris II :
R. Sosrosoegondo
Bendahara : Pangeran Noto Dirodjo,
Dalam
Konggres pertama Budi Utomo yang diselenggarakan pada tanggal 3 sd 5 Oktober
1908, Dwidjosewojo terpilih menjadi Sekretari I Pengurus Besar Budi Utomo yang
susunan selengkapnya sebagai berikut:
Pengurus Besar
Budi Utomo
Hasil Konggres I
3-5 Oktober 1908
Di Yogyakarta
Ketua : Kg R.T. A Tirtokoesoemo
Wakil
ketua : Dr. Wahidin Soedirohoesodo
Sekretaris
I : M. Ng. Dwidjosewojo
Sekretaris
II : R. Sosrosoegondo
Bendahara : R.P.M. Gondoatmodjo
Komisaris : 1. R.M.O. Gondosoemarjo
2. R. Djojosoebroto
3. Kg.R.T.T Koesoemo Oetojo
4. Kg.R.T. Danoesoegondo
Pada tahun 1915 Dwidjosewojo menghadiri
ceramah Kapten Dinger (KNIL) tentang perlunya angkatan milisi bagi kaum
Bumiputera. Caramah ini menarik perhatian Dwidjosewojo, dan kemudian menjadi
sikap politik resmi Budi Utomo, sekalipun bertolak dari sudut pandangan
pendidikan rakyat. Dari peristiwa ini ternyatalah bahwa pengaruh Dwidjosewojo
di kalangan Budi Utomo cukup besar.
Untuk memberikan penerangan atas masalah
milisi bagi kaum bumiputera tersebut, Budi Utomo mengutus Dwidjosewojo dan
Sastrowidjono untuk berkeliling jawa guna menggalang dukungan dari daerah
daerah. (perlu dicatat juga bahwa Sastrowidjono adalah salah seorang Komisaris
Bumiputera 1912 dari tahun 1915 sampai tahun 1925)
Pada
akhir tahun 1916, Dwidjosewojo melawat ke negeri Belanda sebagai anggota
Delegasi pertahanan Hindia Belanda (Deputatie Indie Weebar), dalam kaitannya
dengan usulan milisi bagi kaum bumiputera yang telah menjadi sikap politik
resmi Budi Utomo.
Susunan
lengkap delegasi tersebut adalah:
Kepala
delegasi : D Van Hinloopen Labberton,
Direktur Himpunan Theosofi, Swasta.
Anggota Delegasi : 1. Pangeran Ario Koesoemodiningrat, Mewakili Swapraja (Kerajaan)
Yogyakarta
2. RT. Danoesoegondo, mewakili Perhimpunan
Bupati
3. M. Ng Dwidjosewojo, Mewakili Budi Utomo
4. Abdul Moeis, Mewakili Central Sarekat
Islam
5. Laoh
6. Kapten Rhemrev
Dwidjosewojo yang berada di negeri
Belanda selama enam bulan (januari – Juni 1917) dan melakukan berbagai kegiatan
di samping sebagai anggota delegasi pertahanan Hindia Belanda. Di antara
kegiatan kegiatan itu adalah menemui Menteri jajahan Hindia Belanda untuk
membahas usulan:
-
Masalah
milisi bagi kaum bumiputera
-
Perlunya
segera diadakan Dewan Perwakilan Rakyat (Parlemen)
-
Peningkatan
pendidikan bagi kaum Bumiputera
Dari tiga usulan itu, justru masalah
Pembentukan Perwakilan Rakyat memperolih perhatian utama dari Menteri Jajahan
Hindia Belanda. Usulan ini kemudian diwujudkan dengan pembetukan Volksraad
(Dewan Rakyat) pada tahun 1918. Dengan terbentuknya Volksraad (Dewan Rakyat)
pada tahun 1918 itu, Dwidjosewojo diangkat menjadi anggota yang ditunjuk
(gedelegeerd lid) dan duduk dalam college van gedelegeerden, semacam komite
tetap, yang secara terus menerus melakukan tugas sepanjang tahun, juga di luar
masa persidangan. Ia menduduki keanggotaan Volksraad itu sampai dengan tahun
1931, pada saat itu ia mencapai usia 64 tahun.
Kegiatan
di Bumiputera 1912
Pada tahun 1912, bersama sama pengurus
PGHB mengambil inisiatif untuk mendirikan perusahaan asuransi jiwa bagi anggota
anggota PGHB, yang disetujui secara aklamasi dalam konggres PGHB di
Magelang pada tanggal 12 Februari 1912.
Dalam konggres tersebut dibentuk
pengurus O.L. Mij PGHB, dan dia terpilih menjadi Komisaris. Jabatan ini
dipegangnya sampai tahun 1924. Dari tahun 1925 sampai tahun 1943 ia adalah
Presiden Komisaris dan wafat dalam jabatan aktif pada usia 76 tahun di
Yogyakarta.
Jabatan lain di lingkungan Bumiputera
1912 adalah Direktur PT Pertanian Bumiputera, sebuah anak perusahaan di bidang
pertanian dan penggilingan padi di daerah Banyumas. Jabatan ini dipegang antara
tahun 1938 sampai 1941.
Dwidjosewojo adalah satu satunya pendiri
Bumiputera 1912 yang terus menerus aktif di perusahaan sampai wafatya. Ia
dimakamkan di Gambiran Yogyakarta.
Beberapa
Aspek Sosial Dwidjosewojo
Dwidjosewojo yang diberi nama kecil Mas
Achmad oleh orang tuanya pada saat mencapai usia dewasa dan mulai bekerja,
sesuai adat kebiasaan yang berlaku bagi masyarakat jawa, ia mengganti namanya
menjadi Dwidjosewojo.
Dengan keputusan Gubernur Jendral Hindia
Belanda tanggal 19 Juni 1895, pada usia 28 tahun, ia memperoleh gelar Mas
Ngabehi ( M.Ng). Gelar ini kemudian
berubah menjadi Raden Wedono (R.W.) pada tahun 1919, setelah ia menjadi
Sekretaris Kasultanan Yogyakarta atas titah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Hanom Hamengkubuwono No 14 tanggal 26 Juli 1919.
Sebagai
seorang tokoh pergerakan nasional dari Budi Utomo yang dikenal moderat
itu, pergaulan Dwidjosewojo umumnya juga sangat dekat dengan tokoh tokoh Budi
Utomo lainnya terutama Dr. Soetomo, R. Sastrowidjono yang juga anggota
Volksraad mewakili Budi Utomo, R.M.A Soerjo Soeparto yang kemudian menjadi
Mangkunegoro VII.
Ketokohannya yang menonjol di Budi Utomo
dan didukung dengan kefasihannya berbicara bahasa Belanda (mungkin juga bahasa
Inggris) ia tidak saja dikenal oleh kalangan elit yang luas pada jamannya,
tetapi juga aktif sebagai tokoh masyarakat di berbagai kegiatan, terutama yang
berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran kaum Bumiputera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar