Informasi tentang tempat dan tanggal
kelahiran M.K.H. Soebroto belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi
memperhatikan dokumen lain yang memuat tentang ayahnya, M. Kerto Soebroto, kemungkinan besar ia
dilahirkan di kota Semarang, sekitar tahun 1860an. Melihat perjalanan hidup M.K.H.
Soebroto serta karirnya sebagai guru, diyakini ia sebaya dengan M.Ng
Dwidjosewojo, bahkan kemungkinan besar dia pernah menjadi teman satu kelas di
Kweekschool magelang.
M.K.H. Soebroto mewarisi tradisi ayahnya
yang juga seorang guru di kota semarang, yang dipensiunkan pada tahun 1986.
Kapan M.K.H. Soebroto yang nama kecilnya Armidjan menamatkan pendidikannya
tidak diperolih data yang pasti. Yang jelas pada saat diadakan konggres pertama
P.G.H.B. di Magelang pada tanggal 12 Februari 1912, ia adalah guru bahasa
melayu di OSVIA, sebuah sekolah yang mendidik calon calon pegawai di lingkungan
Depertemen Urusan Dalam Negeri Hindia Belanda, yang pada saat itu pula ia
terpilih menjadi ketua pengurus besar PGHB, dengan M. Ng. Dwidjosewojo, guru
bahasa jawa di Kweekschool Yogyakarta sebagai sekretaris dan M. Adimidjojo guru
sekolah dasar di Magelang sebagai Bendahara. Ketiga orang pengurus PGHB
tersebut juga terpilih menjadi pengurus OL Mij PGHB yang tiga tahun kemudian
menjadi O.L. MIj. Boemi Poetera, yang kita kenal sekarang menjadi AJB
Bumiputera 1912.
Pada tahun 1917, pada waktu pertumbuhan
O.L. Mij. Boemi Poetera sudah mencapai titik yang mengharuskan adanya tenaga
pimpinan tetap yang semata mata bekerja hanya untuk perusahaan, maka Rapat Anggota
memutuskan untuk mengangkat seorang tenaga pimpinan “full timer” dan pilihan
jatuh kepada M.K.H. Soebroto karena dinilai sangat berhasil memimpin O.L. Mij.
Boemi Poetera, walaupun hanya sambilan, ternyata perusahaan dapat berkembang
pesat. Tawaran menjadi pimpinan perusahaan yang “full timer” dengan jabatan
Direktur ini ternyata ditolak oleh M.K.H. Soebroto, dengan alasan bahwa ia
adalah seorang guru dan ingin meneruskan pengabdiannya di bidang pendidikan dan
pengajaran sesuai dengan cita citanya.
Dengan diangkatnya R. Roedjito menjadi
direktur O.L. Mij. Boemi Poetera pada bulan Februari tahun 1918 menggantikan M.K.H.
Soebroto, berakhir pulalah jabatannya sebagai direktur pertama perusahaan yang
dijabatnya sejak 12 Februari 2012, dan hubungan organisatoris lainnya dengan
O.L. Mij. Boemi Poetera tidak pernah tercatat lagi dalam dokumen dokumen
perusahaan. Sebagai bukti bahwa M.K.H. Soebroto adalah tokoh masyarakat yang
berpengaruh, semasa ia menjadi warga kota Magelang, bersama sama R. Roedjito,
ia pernah menjadi anggota Gemeenteraad ( Dewan Kotapraja), semacam Dewan
Penasehat Walikota. Gemeenteraad ini hanya ada di kota-kota yang setatusnya
Gemeente, yang dipimpin oleh Burgermeester (Wali kota) yang biasanya selalu
dijabat oleh orang Belanda.
Dalam dokumen lain disebutkan bahwa pada
tahun 1920-an M.K.H. Soebroto dimutasikan ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan
Guru untuk sekolah Bumiputera) dan mungkin sekali ia dipensiunkan dalam jabatan
itu pada awal tahun 1930-an. Dokumen lain yang berhasil ditemukan, telah
membuktikan bahwa M.K.H. Soebroto selama menjadi ketua pengurus besar P.G.H.B.
selalu akhtif memperjuangkan nasib bangsanya, terutama kaum guru yang pada masa
itu merupakan pegawai negeri yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah
Hindia Belanda. Surat-surat usulan perbaikan nasib guru yang ditandatangani
bersama sekretaris P.B. P.G.H.B., M. Ng.
Dwidjosewojo telah membuktikan perjuanggannya yang gigih tersebut. M.K.H. Soebroto wafat pata tanggal 14
September 1941 dan di makamkan di pemakaman Umum Pakuncen Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar